Larangan Perjalanan ke Afrika Selatan Akibat Varian Omicron Dianggap sebagai Tindakan Kejam

- Minggu, 28 November 2021 | 21:02 WIB
Ilustrasi varian Omicron Covid-19. (InilahKoran/Antara)
Ilustrasi varian Omicron Covid-19. (InilahKoran/Antara)

HALUAN KALSEL - Desakan secara global pemberlakukan larangan perjalanan ke Afrika Selatan dianggap sebagai tindakan yang sangat kejam.

Kementerian Kesehatan Afrika Selatan menganggap tindakan tersebut tidak ilmiah dan bertentangan dengan saran WHO.

Varian Omicron, telah disalahkan atas lonjakan kasus di Afrika Selatan, tetapi telah muncul di Hong Kong, Belgia, Israel dan Botswana.

Baca Juga: Polisi Periksa Riri dan Suami terkait Dugaan Penyekapan Orang Tua Nirina Zubir

"Kami percaya bahwa beberapa reaksi tidak dapat dibenarkan," kata Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Joe Phaahla.

Menurutnya, beberapa pemimpin yang tidak disebutkan namanya mencari 'kambing hitam".

Inggris adalah tamparan pertama larangan terbang dari negara-negara di Afrika Selatan, hanya beberapa jam setelah Afrika Selatan mengungkapkan telah mendeteksi varian yang memiliki banyak mutasi.

Austria, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, dan AS antara lain pada hari Jumat bergabung dengan Inggris dalam membatasi penerbangan dari wilayah tersebut.

Komisi Eropa, badan eksekutif dari 27 negara Uni Eropa, juga mengusulkan penangguhan total penerbangan ke dan dari Afrika Selatan sampai ada "pemahaman yang jelas tentang bahaya"yang ditimbulkan oleh varian baru.

Baca Juga: Warga Bekasi Temukan 6 Potongan Tubuh Manusia dalam Kantong Plastik

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada hari Jumat mendesak pembatasan perjalanan pada tahap ini.

WHO memperingatkan bahwa perlu beberapa minggu untuk mengetahui apakah mutasi yang baru ditemukan membuat virus lebih mematikan atau menular.

"Pendekatan yang salah, itu salah arah dan bertentangan dengan norma dan saran oleh WHO, dan kami merasa beberapa pemimpin negara mencari kambing hitam untuk mengatasi apa yang menjadi masalah dunia,”katanya.

Membandingkan infeksi harian di Afrika Selatan dan beberapa negara Eropa, menteri Phaahla mengatakan larangan itu "benar-benar tidak terlihat ilmiah".

Dia mengatakant jika itu ironis bahwa beberapa negara sekarang bereaksi dengan cara yang kejam, memiliki tingkat infeksi lebih dari 50.000 kasus baru per hari.

Halaman:

Editor: Aswandi Haluan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Thailand Perbolehkan Warganya Tanam Ganja di Rumah

Rabu, 26 Januari 2022 | 22:38 WIB

Sakit Jantung, Kondisi Mahathir Mohamad Sudah Stabil

Minggu, 23 Januari 2022 | 19:53 WIB

Terpopuler

X